Marisna successfully overtook other finalists in English Essay Competition 2013




Saturday, April 20: Marisna successfully overtook other finalists to be the first winner in English Essay Competition 2013. Her score exceeded Suastika’s and Ari’s who also brilliantly presents their essay. She collected 1280.8 points, 46.6 points ahead Suastika as the second winner, and 105.8 points ahead Ari Marlini as the third Winner.
The final score is the accumulation of the instantic scoring (essay score) and the dynamic scoring (presentation score). The Instantic scoring was done on 9-14 of April by three judges and resulted eight finalists. And the dynamic scoring was done on 20 of April in Kampus Bawah Undiksha Singaraja through presentation. (To see all the finalists’ score, visit this link)
FYI, English Essay Competition 2013 was the first teacher’s competition in English Education Department and part of Social Gathering 2013. It took “The Implementation of Curriculum 2013 in All Level of Education” as the main theme. It pulled 13 teachers to participate in this competition. According to the event coordinator, this event aimed at encouraging teachers’ ideas to contribute to the problems or current issues in Indonesian education (Arik).

P.S. This news is originally published in The Splash Online

Dari Rahwana, Cewek Kafe, Sampe Pocong meriahkan pawai ogoh-ogoh desa Sangsit

Sangsit- Setelah absen pada Pangerupukan tahun lalu, Pawai ogoh-ogoh kembali digelar tahun ini (11/3) di desa Sangsit, kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng. Sejumlah 35 ogoh-ogoh dari enam banjar berhasil memukau penonton yang memadati Jalan Singaraja-Air Sanih. Terdapat beraneka ragam rupa ogoh-ogoh mulai dari tokoh pewayangan, manifestasi Bhuta Kala (roh jahat), cewek kafe sampai pocong.
Setelah berakhirnya upacara tawur kesanga di perempatan desa, sekitar pukul 19.00 Wita, ogoh-ogoh mulai diarak melewati jalan Singaraja-Air Sanih menuju lapangan Desa Sangsit. Pawai dimulai dari arak-arakan ogoh-ogoh dari banjar Celuk dan menyusul banjar-banjar lainnya sampai terakhir dari banjar Sema. Selain diiringi gamelan dan music, ogoh-ogoh juga diiringi beberapa penari yang melakukan atraksi tarian di beberapa tempat strategis seperti perempatan desa, pertigaan (jalan menuju Banjar Celuk) dan sebagainya.
Sama seperti pawai-pawai sebelumnya, pesta kembang api dan petasan juga memeriahkan pawai kali ini. Walau tidak semeriah sebelumnya, tetap saja cahaya kembang api dan suara petasan mampu membuat pawai menjadi lebih menarik dan meriah.
Selama pelaksanaan pawai yang hampir berlangsung satu setengah jam, lalu lintas yang melewati jalan utama desa Sangsit dialihkan melewati jalan kecil yang terdapat disekitar desa. Sekitar pukul 20.30 Wita, lalu lintas tampak normal kembali.


arikbudiarsana@hotmail.com
Jln. Sangsit-Abasan, Banjar Sema, Desa Sangsit.

PR I UNDIKSHA resmi serahkan 1.841 mahasiswa KKN kepada Bupati Buleleng

           Singaraja, Senin, 15 Oktober 2012- Pembantu Rektor I Undiksha, Prof. Dr. Made Sutama, M.Pd secara resmi menyerahkan sekitar 1.841 mahasiswa KKN Undiksha 2012 kepada Bupati Buleleng yang pada pagi tadi diwakilkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Selanjutnya para peserta KKN Undiksha 2012 ini akan disebar kedalam 92 desa dan 1 kelurahan di lingkungan Kabupaten Buleleng.
          Dalam sambutannya, Bapak PR I mengharapkan peserta KKN akan mampu menjadi bagian masyarakat desa dan mampu menjalin komunikasi yang baik sehingga program-program yang dicanangkan mampu dilaksanakan dengan baik. 'Mahasiswa harus mampu membuat program yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang ada di desa tempat mahasiswa ber-KKN' tegas beliau melalui sambutannya. Selain harus sesuai dengan keadaan desa setempat, program-program yang disusun harus berdasarkan tema yang ditentukan oleh panitia KKN yang diantaranya:(1) Pengembangan Sumber Daya, (2) Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan, (3) Ekonomi Kerakyatan, dan (4) Penggunaan Teknologi Tepat Guna.
            Sebagai informasi, pelaksanaan KKN Undiksha 2012 diundur seminggu dari waktu yang dijadwalkan, tanggal 15 Oktober, menjadi tanggal 22 Oktober 2012 dan berakhir seperti jadwal semula yaitu tanggal 30 November 2012. Pengunduran jadwal ini dikarenakan pada kenyataan bahwa belum semua mahasiswa yang mengambil PPL Akhir selesai menjalani ujian PPL.
            Selama kurang lebih 6 minggu, selain menjalankan program kelompok, peserta juga wajib menjalankan program individu  berupa keluarga asuh.  Program-program tersebut baik program kelompok maupun individu, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa dalam berkontribusi dalam pembangunan nasional (Arik).

5 Hal Istimewa Dalam Undiksha Expo 2012

Oleh: Arik Budiarsana


Undiksha Expo 2012 serangkaian Dies Natalis VI Undiksha telah memasuki hari kedua (1/5). Banyak hal telah berlalu selama sehari pelaksanaannya. Tapi tidak untuk kreativitas para peserta Undiksha Expo 2012. Dalam pemantauan selama hari kedua pelaksanaan, berikut disajikan 5 hal-hal istimewa yang ditemukan di Undiksha Expo 2012.

5. Stan Foto/Video

Terdapat sekitar dua buah stan Foto yang terdapat selama hari kedua pelaksanaan Undiksha Expo 2012. Satu dari Jurusan Teknik Informatika (PTI) dan satu dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Menariknya lagi, Jurusan PBI bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ) untuk menarik para pengunjung. HMJ PBJ menyediakan pakaian khas jepang dan Jurusan PBI menyediakan jasa foto dan cetaknya. Pengunjung cukup membayar Rp. 5000 untuk bisa mengenakan pakaian khas Jepang dan Rp. 5000 untuk mendapatkan jasa foto dan cetaknya. Sementara itu, Jurusan PTI tampaknya juga melayani jasa video dan juga editing foto/video.

4. Pohon Harapan

Ini merupakan pameran khas yang disajikan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ). Sejalan dengan kebudayaan dan keyakinan masyarakat Jepang, HMJ PBJ memberikan kesempatan kepada pengunjung yang percaya untuk menyampaikan harapannya lewat ranting pohon ‘bambu’ ini. Pengunjung cukup membayar Rp. 1000 untuk bisa menuliskan harapannya disecarik kertas berwarna yang telah disediakan.

3. Tebak Jumlah Nominal Koin

Tebak Jumlah Nominal Koin ini merupakan sebuah game tebak-tebakan. Pengunjung yang suka bermain game sejenis pasti akan cukup terhibur untuk mengunjungi stan pameran dari Jurusan S1 Akuntansi ini. Menariknya lagi, disediakan hadiah uang sejumlah Rp. 100.000 untuk pemenangnya. Aturan mainnya pun terbilang cukup gampang. HMJ S1 Akuntansi telah menyediakan sebuah toples yang berisi sejumlah uang koin bernominal Rp. 500 dan pengunjung wajib menebak jumlah uang koin itu dengan menuliskannya diatas kertas yang telah disediakan. Untuk mendapatkan sebuah kertas yang nantinya akan disisi nama, no Hp, dan jumlah tebakan, pengunjung cukup membayar Rp. 1000. Untuk memperbesar peluang, pengunjung bisa menebak lebih dari satu kali. Tentunya dengan membayar Rp. 1000 lagi untuk selembar kertas tebakan.

2. Tattoo Temporary

Dari namanya saja pengunjung sudah bisa menebak bahwa jasa lukis di permukaan kulit ini disediakan oleh Jurusan Pendidikan Seni Rupa (PSR). Beragam corak tattoo disediakan oleh anak-anak muda kreatif ini. Bahkan, pengunjung bisa menentukan jenis coraknya sendiri. Pengunjung cukup membayar sekitar Rp. 5000-20.000 untuk menikmati jasa seni ini.

1. Stan Ramal

Ini merupakan hal yang bisa dibilang paling istimewa yang bisa ditemukan selama hari kedua pelaksanaan Expo 2012. Mahasiswa Undiksha ternyata tidak hanya pintar dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, tetapi mereka juga mampu memanfaatkan bakat khusus yang tidak dimiliki oleh mahasiswa secara umumnya. Pengunjung cukup membayar sekitar Rp. 5000 untuk bisa mengetahui kehidupan masa depan mereka, kehidupan percintaan, ekonomi, keluarga, dan sebagainya. Pihak penyedia jasa, UKM Mapala Undiksha, mengklaim bahwa peramalnya mampu meramal dengan sangat baik. Sebagai sebuah ramalan tentu saja kepastian akan keakuratan ramalannya masih bisa dipertanyakan. Akan tetapi, mencobanya untuk sekedar tahu juga tidak ada salahnya.

Demikian hal-hal istimewa yang dapat ditemukan selama hari kedua pelaksanaan Undiksha Expo 2012. Apakah anda setuju dengan yang disampaikan diatas? Untuk dapat menikmati jasa atau barang-barang diatas, buruan datang ke Gedung Auditorium Undiksha, Kampus Tengah dan nimati hal-hal lain yang masih banyak lagi. Pameran dibuka sampai tanggal 3 Mei 2012. (arik)


Published with Blogger-droid v2.0.4

Raker HMJ PBI periode 2012-2013 hasilkan 50 program kerja

The Splash- Sebanyak 50 program kerja berhasil dirancang pengurus HMJ Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) periode 2012-2013 dalam Rapat Kerja (Raker) hari ini (26/2). Rapat yang berlangsung hampir sehari penuh itu bertempat di Gedung Seminar Undiksha, Kampus Tengah. Raker berlangsung dengan format sidang dengan dihadiri seluruh pengurus HMJ dan kordinator tingkat dilingkungan jurusan PBI.

Raker dibuka secara resmi oleh pembimbing kemahasiswaan jurusan PBI, I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd, M.Pd. sekitar pukul 8. 30. Sebelum pembahasan proker pada sidang pleno III, sidang didahului oleh 2 sidang pleno lainnya. Sidang pleno I yaitu sidang pembacaan susunan acara, tata tertib sidang dan pengurus HMJ PBI periode 2012-2013. Sementara sidang pleno II merupakan sidang pembacaan garis besar program kerja (GBPK) HMJ PBI.

Sidang pleno III yang merupakan inti dr sidang raker ini berjalan sangat alot. Pembahasan program kerja tiap bidang memakan waktu lebih dari 1 jam. Pro dan kontra bermunculan dari peserta sidang. Bahkan saking lamanya, sidang harus ditunda untuk istirahat makan siang. Setelah istirahat, suasana sidang tidak berubah. Masukan demi masukan dari peserta sidang dan termasuk peninjau, Bapak Pasek masih mengalir untuk kebaikan program selama setahun kedepan. Pada akhirnya presidium sidang  yang sekaligus ketua HMJ, Indah Partami, mengesahkan sebanyak 50 program kerja dalam sidang paripurna III.

Dari 50 program kerja tersebut, sebagian program masih merupakan program-program dari kepengurusan sebelumnya, beberapa program lama yang di revisi dan beberapa program-program baru. Diantara program-program baru, satu diantaranya merupakan program unggulan Ketua dan wakil ketua HMJ saat suksesi lalu yaitu English Week. Berikut daftar program kerja baru yang disahkan sidang:

- Pelatihan Kepemimpinan (PK) untuk pengurus HMJ dan perwakilan kelas,

- Information Center untuk pusat informasi Mahasiswa PBI di lingkungan kampus/ruang belajar,

- Adanya Subbidang Lomba sebagai pencari dan penyebar informasi-informasi perlombaan dan kejuaraan kejuaraan.

Indah Partami berharap 50 program kerja ini dapat dilaksanakan dengan maksimal dan berharap juga dukungan dari seluruh mahasiswa dan dosen jurusan PBI untuk mensukseskannya. Semoga Hidup Berbahagia. :-)

(Arik)


Published with Blogger-droid v2.0.4

INTERNATIONAL CONFERENCE OF ENGLISH ACROSS CULTURE (ICEAC) 2011

Lanjutkan!!!

Suksesnya pelaksanaan International Conference of English Across Culture (ICEAC) mendapat sanjungan dari berbagai pihak. Konferensi yang berlangsung selama dua hari tersebut dianggap sebagai langkah awal yang pantas untuk dilanjutkan pelaksanaannya. Hal ini diungkapkan sebagian besar pihak yang terlibat di dalam konferensi ini.
Ditemui Tim Warta Undiksha pada saat copy break, Itje Chodidjah mendukung keberlanjutan konferensi ini ditahun-tahun mendatang. Itje, yang merupakan satu dari lima keynote speaker dalam konferensi ini, merasa sangat terkesan dengan pelaksanaan komferensi ini. “Panitia, LO dan semua pihak yang mendukung telah bekerja keras untuk menyelenggarakan konferensi ini dan hasilnya sangat bagus dan sangat pantas untuk diberi apresiasi yang tinggi” imbuh beliau. Selain itu, menurut beliau konferensi ini mampu membantu meningkatkan kualitas guru, terutama guru bahasa Inggris di Indonesia. Dengan adanya konferensi ini, para guru-guru memperoleh kesempatan untuk berbagi dengan guru-guru bahasa Inggris dari kebudayaan berbeda sehingga dapat meningkatkan kualitas mereka sebagai seorang pendidik.
Opini yang sama datang dari salah satu peserta asing, Rowena Nuera. Dosen dari University of South Eastern Philippines ini menganggap konferensi telah diselenggarakan dengan baik. Beliau sudah sempat menghadiri beberapa konferensi sejenis dan menganggap konferensi ini sudah sesukses konferensi-konferensi sejenis lainnya yang diselenggarakan di negara lainnya. Ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat hebat yang dapat menstimulasi panitia untuk melanjutkan penyelenggaraan konferensi ditahun-tahun berikutnya.
Konferensi pertama ini tentu bukan tanpa kekurangan. Untuk menyelenggarakan konferensi ditahun-tahun berikutnya, saran dan kritik juga datang dari berbagai pihak. Salah satu peserta konferensi dari Undiksha program Pascasarjana Kampus Denpasar, Dewi Somidiatri, menilai panitia masih kurang siap dalam mengantisipasi berbagai macam masalah yang timbul selama konferensi berlangsung. Akan tetapi, hal ini dapat dimaklumi Dewi pasalnya konferensi ini merupakan yang pertamakalinya dilaksanakan di Undiksha. Kedepannya, Dewi mengharapkan masalah-masalah seperti perubahan jadwal pembicara yang tertera di buku petunjuk agar mampu ditanggulangi pada pelaksanaan konferensi selanjutnya. Hal ini terkait pembatalan beberapa pembicara secara sepihak yang menyebabkan perubahan jadwal presentasi di tiap-tiap ruangan. Hal ini cukup mengesalkan pasalnya peserta sudah siap mendengarkan presentasi tapi ternyata presenter tidak bisa hadir. Selain itu, Dewi juga mengkritisi masalah kualitas presenter. Menurutnya, kualitas presenter masih perlu ditingkatkan sebab level dari konferensi ini sudah mencapai level internasional.
Sependapat dengan Dewi, Ruwena juga merasa ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk penyelenggaraan konferensi-konferensi selanjutnya. Menurut pendapat beliau, pengorganisasian tempat dan ruangan masih bermasalah. Meskipun beliau menyukai sistem paralelisme yang diterapkan panitia, akan tetapi beliau merasa agak lelah untuk pindah ke kampus bawah kemudian kembali lagi ke kampus tengah. Hal ini jauh berbeda dari konferensi-konferensi yang pernah beliau ikuti dimana pelaksanaan konferensi terpusat di satu gedung. Sebagai informasi, ICEAC I ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 Oktober 2011 di tiga tempat, yaitu: Ruang Auditorium Pascasarjana, Ruang Seminar Undiksha, dan Kampus Bawah Undiksha.
Saran dan kritik dari berbagai pihak tersebut sebaiknya bukan dijadikan sebagai hambatan untuk menyelenggarakan kembali konferensi ini di tahun-tahun mendatang. Sebaliknya, saran dan kritik ini diharapkan mampu menstimulasi panitia untuk menyelenggarakan konferensi yang lebih baik lagi. (Arik Budiarsana)

Mind Mapping


I Putu Arik Budiarsana
serindingindah@gmail.com

Before the writer turns to write his paper, he must be in the brainstorming stage where he is supposed to generate ideas that will be developed further in his writing. What do you want your writing look like? How to develop the ideas? Those ideas might be encountered by the writer before he turns to pour his ideas into writing. To develop ideas well, the writer needs techniques rather than just listing the ideas that want to be developed.
Many techniques can be used to develop ideas. One of the techniques is by mind mapping the ideas. Mendoza (2010) defines mind mapping as a form of “creative note taking” that is used map out the ideas in a similar way of how human’s brain processes them. Earlier than Mendoza, Jones (2009) has actually argued that through mind mapping, a general interest will be focused and branched off into the specifics of that interest. Once being finished mapping the idea, the diagram of mind map will give a visual of different ideas that are the sub parts of a larger key idea. Fleming (n.d.) concludes that in the process of writing, mind map can be made use during brainstorming.
Mind mapping is very advantageous since it enables the writer to observe the relationship between ideas, and to ease him to classify certain ideas together as they proceed. Mind maps work well during the production of ideas, and make the task livelier and more enjoyable (Steele, 2005). In addition, mind map can also activate the right brain. Mind mapping apparently encourages right-brain thinking such as stream-of-consciousness, symbolic, ‘big picture’ oriented. It is better than lying out the ideas in a linear way, for example arranging concepts in a structured method, since the linear way leads our brain to be limited to the left-brain that is logical, ordered, and detail-ordered (Joy, 2011).
To use mind map, first of all, think the topic over and look for possible sub ideas and branches from the main topic. Afterwards, write what was thought onto a paper. Once being able to get some relationships connected, re-examining the relationship between ideas is considered important to avoid misconnection. Discussing it to other people can make the mind map grow with the increased input of new ideas (Mind Mapping Software Reviews, n.d.).
Steele (2005) adds that before the mind map is ready to be turned into writing, it is important to organize first the mind map. Organizing the mind map into a linear format eases the writer to decide the best way to present their points. The writer should first think about the overall structure such as the order in which to relay the information, and then focus on the precise function each paragraph will have in their final text, as this helps to clarify their writing. 

References
 
Fleming, G. (n.d.). Brainstorming Techniques. Retrieved December 4, 2011, from About.com: http://homeworktips.about.com/od/homeworkhelp/a/brainstorming.htm
Jones, S. (2009). Mind Maps – Brainstorming Tool for Ideas and Topic Focus. Retrieved December 3, 2011, from Spunky Jones SEO Blog: http://www.spunkyjones.com/mind-maps-brainstorming-tool-ideas-topic/
Joy, L. A. (2011). 5 Different Ways Writers Can Use Mind Mapping. Retrieved December 4,
2011, from Writing Thoughts: http://www.writingthoughts.com/?p=1188
Mendoza, M. (2010). Mind Mapping: Turning Ideas Into Content. Retrieved December 3, 2011, from PC Media: http://www.davidrisley.com/mind-mapping-turning-ideas-into-content/
Mind Mapping Software Reviews. (n.d.). Retrieved December 3, 2011, from Graphics.org: http://www.graphic.org/mind-mapping-software/

Photos: The Old Kampus Bawah

Here are some photos of kampus bawah which were taken before the deconstruction.

1. The main entrance


2. The other entrance


3. The front face


4. The front face of Lobby


5. Open stage from the left side



6. Audio Lab & TU room



7. Friends from Arts Department


8. Go Inside and find the I-MHERE room


9. Hall 62.1


10. Hall 62.2


11. Hall 62.3


12. Kandang Ayam


13. Lecturers' rooms


14. Multimedia room


15. Pohon Kamboja yang amat rindang


16. Room 5A



17. Security post


All of these buildings or rooms saves many sweet memories which could not be found elsewhere. 

A VISIT TO “CHILDREN HOUSE”: TEACHING IS NOT EASY AT ALL

I Putu Arik Budiarsana
serindingindah@gmail.com

This Monday, we were so lucky to get a chance to have a visit to Children Houseat Jimbaran. It is a pre-school which offers English as the main and the only communication medium used in the classroom. We had a very rare chance to have a look at activities both in the classroom and outside the classroom, to observe the classroom materials, to get known of the lesson plan and syllabus, and also to have a discussion with the teachers.
The activities arranged both in the classroom and outside the classroom are found so different from the activities conducted in the other pre-schools, especially the state ones. The teaching-learning process is conducted using the syllabus that the teachers and staffs themselves develop.So, it has a little possibility to be similar as other school. The syllabus, lesson plan, and the activities are developed on the purpose of nurturing children’s nature. The nature or the environment becomes the main concern of the schools. Children are persuaded to respect and save the nature throughout the activities planned by the school staffs.
To be effective in nurturing children’s nature, the children are taught with two teachers who each of them should play different roles in the classroom. One should teach the materials and another should maintain the behavior of the children. The purpose of the teacher assistant during the teaching and learning is to avoid the teaching-learning disruption. Take for example when there is a child crying. To avoid other children for being bothered, the teacher assistant will try to make that child calm and avoid the spread to the other children.
Furthermore, in nurturing children, the school and the teachers always keep contacting the parents. It is for the better development of the children since the children are not only at schools for the whole day. Parents are expected to know what the children’s development at school. Teachers usually keep reporting the children’s lack and try to solve it together. The school usually provides a parent-teacher meeting to talk about it at the end of each semester. Parents are usually very helpful to improve the children’s achievement.
From theinformation above, I think being teacher, if it is done seriously, is not easy as I think before.Besides transferring knowledge, the teacher should be able to communicate well with the parents. The teacher should record the children’s development and report it in the certain time that is agreed.
Teacher needs also to concern on how the children are nurtured, to persuade the children to be aware of the nature and environment. Teacher must be carefully aware with the activities conducted. Mistakes are likely to emerge in threating the students’ attitude towards the safe nature and environment. I clarify this by illustrating the example of mistake that I got from the discussion in the Children House. To celebrate the independence day of Indonesia, one dayin August, the schools held a competition of ell trolling. The game is a sort of game that is very well-known within the children since it is common to be done somewhere within the society. However, an E-mail came from a parent who complained the competition. It is since the parent was so difficult explaining the competition in which the children thought it was cruel. The game ignored the feeling of the eel which the children made fun during the competition. Thus, the teacher should plan the activity carefully in the adjustment with the mission of the school themselves; it is to develop the students’ nature and to keep the nature or environment.

ICEAC I 2011: A GOOD STARTING POINT TO BE CONTINUED


Singaraja-Bali: The First International Conference “English across Culture” was successfully held at October, 20 and 21, 2011 in Undiksha. All designed agendas were fully well-held. The two-day conference has been appreciated by the participants and also the keynotes speakers.
This first move is considered as a positive move that should be continued subsequently. This was said by Itje Chodidjah, one of the keynote speakers, who was invited by the committee. Itche, who is a teacher counselor and trainer, got good impressions of the organization of the conference. She suggested the committees to continue the organization of this conference because it is very good to help improving Indonesia teachers, especially English teachers.
The same opinion comes from Rowena Nuera. She, who is a lecturer of University of South Eastern Philippines, said that the conference was held very greatly. She had attended many similar conferences and she felt that ICEAC could be considered as successful as other conferences in other countries. It was actually a very good achievement that should stimulate the committees to keep holding the conference in the following years.
The conference, however, did not fully please all the participants. Critics cannot be denied to pop up. One of the local participants from Undiksha S2, Dewi Somidiatri, suggested the committees to have a fix schedule in the guidance book and announced the changes clearly. It was related to the cancelation of some speakers who did not inform that they were not there presenting their paper. She also felt necessary to improve the quality of the speakers since the level of the conference was adorably international.
Ruwena strengthened the opinion of Dewi. She felt that the organization of the room was a bit problematic. Though she liked the parallelism of the room, she felt so tired to move from Kampus Tengah to Kampus Bawah and then went back to Kampus Tengah. It was not like she got in the other conferences she attended.
The weakness of this year conference should not break the enthusiasm of the committees to hold the conference in the following years. It was the first time for the committees to hold it. But now, they can learn from those weaknesses to hold the next better conference. (Arik)