INTERNATIONAL CONFERENCE OF ENGLISH ACROSS CULTURE (ICEAC) 2011

Lanjutkan!!!

Suksesnya pelaksanaan International Conference of English Across Culture (ICEAC) mendapat sanjungan dari berbagai pihak. Konferensi yang berlangsung selama dua hari tersebut dianggap sebagai langkah awal yang pantas untuk dilanjutkan pelaksanaannya. Hal ini diungkapkan sebagian besar pihak yang terlibat di dalam konferensi ini.
Ditemui Tim Warta Undiksha pada saat copy break, Itje Chodidjah mendukung keberlanjutan konferensi ini ditahun-tahun mendatang. Itje, yang merupakan satu dari lima keynote speaker dalam konferensi ini, merasa sangat terkesan dengan pelaksanaan komferensi ini. “Panitia, LO dan semua pihak yang mendukung telah bekerja keras untuk menyelenggarakan konferensi ini dan hasilnya sangat bagus dan sangat pantas untuk diberi apresiasi yang tinggi” imbuh beliau. Selain itu, menurut beliau konferensi ini mampu membantu meningkatkan kualitas guru, terutama guru bahasa Inggris di Indonesia. Dengan adanya konferensi ini, para guru-guru memperoleh kesempatan untuk berbagi dengan guru-guru bahasa Inggris dari kebudayaan berbeda sehingga dapat meningkatkan kualitas mereka sebagai seorang pendidik.
Opini yang sama datang dari salah satu peserta asing, Rowena Nuera. Dosen dari University of South Eastern Philippines ini menganggap konferensi telah diselenggarakan dengan baik. Beliau sudah sempat menghadiri beberapa konferensi sejenis dan menganggap konferensi ini sudah sesukses konferensi-konferensi sejenis lainnya yang diselenggarakan di negara lainnya. Ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat hebat yang dapat menstimulasi panitia untuk melanjutkan penyelenggaraan konferensi ditahun-tahun berikutnya.
Konferensi pertama ini tentu bukan tanpa kekurangan. Untuk menyelenggarakan konferensi ditahun-tahun berikutnya, saran dan kritik juga datang dari berbagai pihak. Salah satu peserta konferensi dari Undiksha program Pascasarjana Kampus Denpasar, Dewi Somidiatri, menilai panitia masih kurang siap dalam mengantisipasi berbagai macam masalah yang timbul selama konferensi berlangsung. Akan tetapi, hal ini dapat dimaklumi Dewi pasalnya konferensi ini merupakan yang pertamakalinya dilaksanakan di Undiksha. Kedepannya, Dewi mengharapkan masalah-masalah seperti perubahan jadwal pembicara yang tertera di buku petunjuk agar mampu ditanggulangi pada pelaksanaan konferensi selanjutnya. Hal ini terkait pembatalan beberapa pembicara secara sepihak yang menyebabkan perubahan jadwal presentasi di tiap-tiap ruangan. Hal ini cukup mengesalkan pasalnya peserta sudah siap mendengarkan presentasi tapi ternyata presenter tidak bisa hadir. Selain itu, Dewi juga mengkritisi masalah kualitas presenter. Menurutnya, kualitas presenter masih perlu ditingkatkan sebab level dari konferensi ini sudah mencapai level internasional.
Sependapat dengan Dewi, Ruwena juga merasa ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk penyelenggaraan konferensi-konferensi selanjutnya. Menurut pendapat beliau, pengorganisasian tempat dan ruangan masih bermasalah. Meskipun beliau menyukai sistem paralelisme yang diterapkan panitia, akan tetapi beliau merasa agak lelah untuk pindah ke kampus bawah kemudian kembali lagi ke kampus tengah. Hal ini jauh berbeda dari konferensi-konferensi yang pernah beliau ikuti dimana pelaksanaan konferensi terpusat di satu gedung. Sebagai informasi, ICEAC I ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 Oktober 2011 di tiga tempat, yaitu: Ruang Auditorium Pascasarjana, Ruang Seminar Undiksha, dan Kampus Bawah Undiksha.
Saran dan kritik dari berbagai pihak tersebut sebaiknya bukan dijadikan sebagai hambatan untuk menyelenggarakan kembali konferensi ini di tahun-tahun mendatang. Sebaliknya, saran dan kritik ini diharapkan mampu menstimulasi panitia untuk menyelenggarakan konferensi yang lebih baik lagi. (Arik Budiarsana)

0 comments: